1. Niat yang lurus
Niat merupakan faktor penentu setiap langkah dan kegiatan kita. Seperti yang Rasul katakan bahwa “Innamal a’malu binniyat” sesungguhnya segala sesuatu itu tergantung dari niatnya. Kalau niat kita karena sesuatu atau seseorang maka itulah yang akan kita dapatkan. Jadi jika selama ini niat kita sedikit menyimpang atau belok, mungkin satu yang segera harus kita lakukan adalah mohon ampun kepada Allah (ini juga satu sindiran buat ana pribadi)...
2. Berpikir jernih.
Upaya membangun dan mempertahankan kejujuran dan Integritas tidak cukup hanya sekedar bermodal hati yang bersih. Niat yang lurus adalah titik awal yang harus dilanjutkan dengan selalu bepikir jernih. Hati yang bersih harus terefleksikan dalam pikiran yang jernih. Hal ini penting, karena dalam realitas kehidupan termasuk dalam bekerja dan berbisnis, kita dihadapkan pada berbagai persoalan yang menuntut analisis yang cermat dan pemecahan yang cepat dan tepat. Dan hal itu hanya akan terjadi jika kita selalu berpikir jernih.
Pikiran yang jernih akan melahirkan gagasan yang brillian dan membimbing kita bekerja dengan benar. Gagasan brlillian amat diperlukan untuk memenangkan persaingan bisnis. Perubahan yang begitu cepat menuntut setiap profesional dan pelaku bisnis menghasilkan ide-ide dan kreasi baru yang dapat memuhi kebutuhan masyarakat.
Pikiran yang jernih akan membuat kita dapat bekerja dengan benar. Kita bisa memahami mana yang benar dan mana yang salah, sehingga kita terhindar dari kesalahan. Jika kita terlanjur berbuat salah atau keliru, tidak akan terulang yang kedua kali.
Pikiran yang jernih juga akan membuat kita faham yang hakekat dan yang bentuk luar/relatif. Dengan begitu, kita faham benar mana yang harus dikejar dan yang hanya sekedar ada. Kita tidak terjebak dengan tampilan luar yang menipu. Salah satu yang kerap menyebabkan manusia salah jalan dan menyesal adalah karena terpesona oleh bentuk luar.
Pikiran yang jernih menjadikan kita mengerti mana yang prinsip dan mana yang teknis, yang mutlak dan yang relatif dan seterusnya. Dengan demikian kita tidak terjebak pada persoalan-persoalan kecil dan teknis dengan mengabaikan hal-hal yang prinsip dan mendasar. Dengan kata lain pikiran yang jernih akan mengantarkan kita mampu bertindak efektif, efisien, dan menempatkan sesuatu sesuai dengan prioritasnya masing-masing.
Salah satu penyebab kegagalan, termasuk dalam bekerja dan berbisnis adalah lantaran sibuk mengurusi hal-hal yang teknis, tetapi lupa kepada akar permasalahannya. Misalnya, kerap terjadi orang mengeluhkan minimnya sarana dan kurangnya fasilitas sebagai penyebab ketidakmampuannya menghasilkan kinerja terbaik. Padahal akar masalahnya adalah kurangnya etos kerja dan lemahnya kompetensi.
Pikiran yang jernih akan mendorong kita selalu persangka baik (Husnuzhan) dan berpikir positif. Kita akan sibuk mengevaluasi kekurangan diri dan kemudian berusaha memperbaikinya, ketimbang lelah mencari-cari kekurangan orang lain. Buahnya, hidup kita akan semakin produktif dan berkualitas.
Bersangka baik dan berpikir positif juga akan membuat kita mampu berpikir tenang dan jauh dari sikap emosional. Buahnya kita mampu menganalisa persoalan dengan akurat dan mendalam dan mengambil keputusan dengan tepat dan benar. Dengan kata lain, dengan berpikir jernih kita akan selalu menjadi problem solver, bukan trouble maker.
Tuhan menyruruh kita berpikir jernih, agar kita mampu menangkap hakekat dibalik apa yang nampak secara kasat mata, mengambil hikmah dibalik kejadian dan melihat jauh ke depan. Dengan demikian ia akan selalu optimis memandang masa depan.
Allah SWT berfirman :
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang yang mau berpikir. Yaitu orang-orang yang selalu mengingat Allah baik dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring dan senantiasa berpikir rahasia dibalik penciptaan langit dan bumi. Mereka berkata: Ya Tuhan kami tidaklah engkau ciptakan semua ini dengan sia-sia, maka jauhkanlah kami dari azab neraka" (QS Ali Imran/3:190- 191).
3. Bicara benar.
Selalu berkata benar merupakan salah satu faktor yang harus dimiliki oleh seorang yang memiliki integritas. Seperti ungkapan: "Seorang yang memiliki iman itu dipegang omongannya". Maksudnya, Omongan seorang yang beriman itu harus dapat dipercaya karena taruhannya iman. Iman yang benar pasti akan melahirkan perkataan yang benar. Maka jika sesorang suka bericara dusta dapat dipastikan imannya pun rusak. Bicara benar berarti satunya kata dengan perbuatan. Apa yang diucapkan akan selaras dengan apa yang dilakukan. Tuhan berfirman;
"Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu selalu berkata benar" (QS Al Ahzab/33;70).
Ayat ini selalu dikutip Rasulullah SAW saat beliau menyampaikan khutbah nikah. Pernikahan adalah awal seseorang memasuki kehidupan sejati orang dewasa. Karena itu pasangan suami istri harus memulainya dengan selalu berbicara benar. Dengan begitu komunikasi akan terjalin dengan baik dan rasa saling percaya akan terajut dengan kuat. Kelangsungan hidup betapapun mestilah dibangun atas dasar suatu kebenaran dan jangan dikotori dengan kebohongan.
Kehidupan suami istri yang notabene merupakan transaksi hanya antara dua individu yang berbeda saja harus dibangun dengan kebenaran, apalagi dunia kerja dan bisnis yang merupakan suatu bentuk transaksi besar yang melibatkan begitu banyak pihak dengan kepentingan yang berbeda-beda. Keharusan selalu berbicara benar itu akan sangat berpengaruh dalam kesuksesan berinteraksi dengan orang lain. Ucapan yang benar akan melahirkan kepercayaan, dan kepercayaan akan menghasilkan bisnis. Agama mengajarkan kita selalu bicara benar dan baik. Jika kita tidak dapat berkata benar dan baik, lebih baik diam. Sebab berkata dusta bukan saja menyakiti hati orang lain tapi juga menipu diri sendiri. Celakanya lagi, satu kebohongan akan melahirkan berbagai kebohongan lain untuk menutupi kebohongan sebelumnya. Begitu seterusnya. Karena itu jangan sekali-kali berdusta, karena hal itu sama artinya membuka jalan untuk jadi pendusta. Sedangkan kebohongan dan dusta akan merusak dan menghancurkan Integritas diri.
Rasulullah SAW bersabda ;
"Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhirat hendaklah ia berkata benar dan baik atau diamlah" (HR Bukhari-Muslim).
4. Sikap dan perilaku terpuji
Kita tidak bisa menilai hati dan pikiran seseorang, sebab keduanya berada dalam wilayah yang abstrak. "Dalamnya laut bisa diselami, dalamnya hati siapa tahu", begitu bunyi sebuah syair. Demikian pula halnya dengan apa yang berkecamuk dalam otak seseorang, hanya ia sendiri dan Allah yang tahu. Kita hanya bisa menilai apa yang nampak dan kelihatan. Karenanya selain dari ucapannya integritas seseorang dapat dinilai dari sikap dan tindakannya. Jika caranya bersikap dan bertindak sesuai dengan yang dikatakannya, berarti orang tersebut memiliki integritas yang tinggi. Dengan kata lain, orang yang memiliki integritas pasti mempunyai sikap yang terpuji dan perilaku yang dapat diteladani. Dalam bahasa agama disebut akhlakul karimah (akhlak yang mulia).
Karakter seperti itulah yang dimiliki oleh Rasulullah SAW sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT:
"Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti agung" (QS Al Qalam/68:4).
Firman Tuhan di atas bermakna ganda. Pertama, sebagai pujian atas keagungan akhlak beliau. Kedua, sebagai penjelasan kenapa beliau yang diangkat sebagai Rasul, bukan banyak laki-laki lain dimasa itu. Risalah Tauhid yang harus diemban Rasulullah adalah amanat yang teramat besar, sehingga memerlukan orang dengan karakter dan sifat-sifat mulia pula. Jika tidak, tentu misi tersebut tidak akan dapat ditunaikan dengan baik. Karenanya, para rasul itu haruslah orang-orang terpilih diantara orang-orang pilihan (Al mustofa al akhyar).
Sejarah mencatat kemuliaan akhlak Rasulullah SAW itu sudah nampak sejak kecil, jauh sebelum beluau dingkat menjadi Rasul. Orang-orang Arab Quraisy memberinya gelar Al-Amin (orang yang terpercaya). Kemuliaan akhlak ini pula yang menjadi kunci sukses beliau saat berniaga ke Syam (sekarang-Damaskus) bersama pamannya Abu Thalib, maupun ketika membawa barang dagangan milik Siti Khadijah. Begitu legendarisnya keluhuran akhlak beliau, sehingga belau menjadi standar harga di sana. Para pedagang belum akan menetapkan harga gandum (baik basah atau kering) sebelum beliau datang. Dan ketika beliau menetapkan harga, semua pedagang mengikutinya. Tak heran jika para saudagar Quraisy berebut memintanya membawa dagangan mereka ke Syam, sebab kafilah dagang yang dipimpin beliau selalu sukses dan membawa keuntungan yang besar. Tapi beliau lebih suka membawa dagangan pamannya atau membawa dagangan Siti Khadijah, seorang Saudagar wanita yang terkenal jujur, santun, dermawan dan berakhlak mulia, yang dikemudian hari menjadi istri beliau.
Kemuliaan akhlak adalah kata kunci kesuksesan Rasulullah SAW. Maka tak heran jika ia menjadi salah satu misi utama dakwah beliau, seperti sabdanya;
"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia". Bahkan sedemikian pentingnya arti sikap terpuji dan akhlak yang mulia itu, sehingga beliau bersabda;
"Sesempurna- sempurnanya iman seorang mukmin adalah yang paling mulia akhlaknya" (H.R Tirmidzi).
Kesuksesan Nabi SAW cukup menjadi bukti betapa akhlak mulia (didalamnya ada sikap terpuji) adalah sesuatu yang harus dimiliki oleh siapapun yang ingin sukses dalam hidup. Termasuk dalam bekerja dan berbisnis. Dengan akhlak yang mulia kepercayaan akan terbangun, ketenangan akan tumbuh. Pada gilirannya, relasi akan semakin bertambah dan interaksi semakin terjalin. Buahnya bisnispun akan semakin menguntungkan.
5. Keteladanan.
Realitas sosial menunjukkan, contoh nyata merupakan cara paling efektif membentuk masyarakat. Baik itu yang baik maupun yang buruk.
Berbagai perilaku menyimpang yang melanda masyarakat kita hari ini tak dapat dipisahkan dari teladan buruk yang dicontohkan para pemimpin dan publik figur. Merajalelanya korupsi dan kolusi ditengah masyarakat sebenarnya sekadar mencontoh dan mengikuti apa yang dilakukan para pejabat dan pemimpin. Meluasnya perilaku amoral dan asusila di tengah masyarakat kita sesungguhnya buah dari perilaku buruk yang dicontohkan para elite dan selebritis.
Sebaliknya, teladan yang baik telah diperlihatkan Rasulullah SAW dalam kehidupannya. Beliau tidak pernah jemu mengajak manusia ke jalan Allah, kapanpun dan dimanapun. Nyaris seluruh waktu hidupnya dihabiskan untuk menyeru manusia ke jalan yang benar. Namun yang jauh lebih hebat lagi adalah keteladanan yang dicontohkannya. Beliau melakukan lebih dulu suatu kebajikan, sebelum mengajarkannya kepada orang lain. Jika para jenderal umumnya menjadi orang yang paling terakhir maju ke medan perang dan yang paling awal diselamatkan, beliau sebaliknya, Nabi SAW selalu berada di barisan terdepan para mujahidin dan paling belakangan mundur, jika strategi perang mengharuskan mundur selangkah. Beliau bukan hanya teladan dalam perang atau kepemimpinan tapi juga teladan terbaik dalam seluruh aspek kehidupan.
Keteladanan Rasulullah SAW yang luar biasa itu adalah pesona utama dakwah beliau. Manusia begitu tertarik dengan ajaran yang dibawanya, dan menjadi lebih tertarik lagi setelah melihat keteladanan beliau. Nabi SAW bukan sekedar mengajarkan, tapi memberi contoh. Keteladanan itu pula yang membuat para sahabat dan kaum muslimin bersikap "Sami'na Wa atho'na" (kami dengar dan kami taat) terhadap apapun yang diajarkannya. Begitu luar biasanya keteladanan beliau contohkan sehingga Allah SWT mengabadikannya dalam Al Qur'an :
" Sungguh telah ada dalam diri Rasulullah itu teladan yang baik bagimu, (yaitu) orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat dan banyak menyebut nama Allah" (QS Al Ahzab/33:21.
Begitulah keteladanan itu bagaikan magnet yang menarik orang di sekeliling kita. Semakin tinggi dan berpengaruh seseorang, semakin kuat magnet yang dimilikinya. Jika ia berperilaku baik, maka ia telah menarik orang berbuat baik. Tapi jika ia berperilaku buruk, sama artinya ia telah menyuruh orang banyak berperilaku buruk. Rasulullah SAW menyatakan:
"Barang siapa menunjukkan jalan kebaikan, maka baginya pahala seperti pahala pelaku kebaikan tersebut" (HR. Muslim)
Dan begitulah seharusnya yang dilakukan oleh pemimpin. Pemimpin harus mau dan mampu menjadi contoh, memberikan keteladan. Banyak hal yang tidak bisa dipecahkan dengan perkataan, tapi bisa segera teratasi dengan keteladanan. Seorang pemimpin akan mengambil tanggung jawab terbesar dan bersedia menanggung resiko terbanyak. Seorang pemimpin akan berusaha menjadi panutan sekaligus juga pengayom.
Dan bukankah setiap kita adalah pemimpin, setidaknya pemimpin bagi diri kita sendiri. Dan setiap pemimpin pasti akan dimintai pertanggungjawabannya kelak oleh Allah.
“ Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintakan pertanggungjawabannya”
Cari Yang Anda Butuhkan ....
Translate
Mutiara Hikmah

Labels
- Belajar Dari Siroh (6)
- Berita Penting (230)
- Dunia Islam (81)
- Gaya Hidup (20)
- Gila Bola (2)
- Guru IndonesiaKu (5)
- HidayahNya (5)
- Kampus (7)
- Keluarga Sakinah (16)
- Keperibadian (6)
- Kesehatan (19)
- Konsultasi (12)
- Kuliner (1)
- Link Download (1)
- Makalah (7)
- Materi Tarbiyah (7)
- NKRI Tercinta (34)
- Pendidikan (9)
- Penyakit dan Solusinya (14)
- Pergerakan (11)
- Pesona Wanita Solehah (8)
- Politik (39)
- Remaja (1)
- Sastra (5)
- Seputar : IPTEK (24)
- Seputar Banten (5)
- Tips Hidup Sehat (6)
- Tokoh Islam (2)
Comunity
14 Juni 2009
FAKTOR PEMBENTUK INTEGRITAS
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
kumpulblogger.com
http://abu-azkiya.blogspot.com
Tayangan
KOTAK SILATURAHIM
Entri Populer
-
Sumber : http://www.eramuslim.com Hizbut Tahrir Palestina, mengutuk dengan keras rezim Mesir pasca tewasnya empat warga Palestina di dalam...
-
REPUBLIKA.CO.ID, Jumlah hulu ledak nuklir yang dimiliki Israel terus bertambah. Sebelumnya, dunia internasional memperkirakan jumlah hulu l...
-
Untuk melawan opini anti-Israel, Departemen Pertahanan Israel membidik internet sebagai target "perang"nya, sekaligus untuk memper...
-
REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO---Tokyo mengerahkan sistem pertahanan rudal permukaaan-udara dan pasukan bersenjatanya, bersiaga untuk merespon renc...
-
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA--Pemimpin Hamas, Khaled Meshaal berencana untuk mengunjungi wilayah Gaza, Palestina yang terkepung untuk pertama kalin...
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar anda : ...