Karena perbedaan budaya, Muslim Inggris seringkali dicurigai polisi setempat. LONDON – Sebuah kebijakan baru mengenai pemeriksaan tindak kejahatan baru saja diresmikan kepolisian London.
Kini warga Muslim London yang menjadi korban kejahatan memiliki hak agar kasusnya diperiksa oleh polisi sesama Muslim.
Kepolisian London telah memberikan hak tersebut kepada warga Muslim yang menginginkan polisi Muslim dilibatkan dalam penyelidikan. Hal yang sama juga diterapkan terhadap agama lainnya...
Kepala polisi, Joanna Young, dari Unit Kebijakan Keadilan Kriminal kepolisian Metro, mengatakan, “Jika (kebijakan) ini berhasil, saya akan mendorong asosiasi polisi lainnya di seluruh Inggris untuk melakukan hal yang sama.”
Proyek ini dimaksudkan untuk membantu penyelidikan dalam kasus-kasus yang berhubungan dengan norma-norma beragama, namun ketua Federasi Kepolisian Metropolitan, Peter Smyth nampaknya menolak kebijakan tersebut.
“Kami sudah kekurangan personel. Apakah polisi Muslim harus mengubah jadwal shiftnya agar selalu ada perwakilan dari mereka yang bertugas?”
“Ini pembenaran politik yang tidak masuk akal. Kita berbicara tentang pembentukan unit terpisah dalam suatu unit.”
Palbinder Singh, ketua Asosiasi Polisi Sikh Metropolitan, mengatakan, “Saya tidak yakin seorang polisi kulit putih akan benar-benar mengenal seorang Sikh, atau sebaliknya.”
Pelayanan baru dari kepolisian Metro ini bertujuan untuk menggunakan pengetahuan khusus yang dimiliki polisi Muslim terhadap kebudayaan Islam dalam menyelesaikan berbagai kasus.
Seorang petugas kepolisian mengatakan kepada BBC Asian Network bahwa kejahatan di dalam komunitas seringkali tak terpecahkan dan tidak dilaporkan karena kurangnya pemahaman budaya oleh polisi kulit putih.
Palbinder Singh mengatakan, “Ini tentang memahami dan menghargai perbedaan.”
“Kami memiliki banyak bukti dalam kejahatan paling serius di mana kebudayaan menjadi persoalan utamanya yang tidak diselidiki dengan seksama.”
Menurut program ini, korban Muslim tidak boleh mencegah polisi kulit putih menangani kasus mereka. Namun, mereka dibolehkan meminta seorang polisi Muslim dilibatkan dalam kasus dan, jika diperlukan, menjadi penghubung mereka dengan kepolisian.
Sebuah website juga telah dibuat yang memungkinkan kejahatan dilaporkan secara online.
Polisi berharap website itu akan menjadi corong bagi kaum wanita yang mengalami pernikahan paksa, kekerasan, atau pengekangan kebebasan.
Joanna Young mengatakan, “Kami ingin lebih banyak korban yang merasa percaya diri bahwa ketika melaporkan kasusnya, kebutuhan mereka akan terpenuhi.”
“Saya rasa ini awal yang bagus dan yang perlu kita lakukan adalah mengevaluasinya. Apakah proyek ini menciptakan perbedaan? Dapatkah kita melanjutkannya?”
“Kemudian jika ini terbukti berhasil, maka kepolisian lain akan saya dorong untuk melakukan hal yang sama,” ujarnya.
Jagdeesh Singh, yang saudara perempuannya Surjit Athwal dibunuh dalam pembunuhan bermotif kehormatan, mendukung rencana ini.
Di tahun 2007, suami dan ibu mertua Athwal divonis bersalah atas pembunuhannya, hampir 10 tahun setelah ia menghilang dari rumah.
Ia mengatakan kasus tersebut memaparkan banyak kesenjangan.
“Mereka tidak paham tentang metode menutupi perbuatan semacam itu dalam komunitas Punjabi (komunitas India).”
“Investigasi baru menghasilkan sesuatu ketika seorang polisi Sikh dilibatkan dalam kasus ini.”
“Sebelum itu, selama bertahun-tahun para petugas yang bekerja keras memecahkan kasus ini kesulitan memahami keseluruhan ide tentang pembunuhan atas dasar kehormatan,” ujar Singh.
Meski demikian, Sing mengakui perlu adanya lebih banyak kesadaran mengenai kejahatan budaya di antara para polisi.
“Para petugas harus lebih waspada akan keragaman budaya agama yang mereka hadapi dan itu juga termasuk untuk polisi Muslim,” ujarnya. “Mereka harus dapat membaca tanda-tanda budaya dalam sebuah kejahatan.”
Warga Muslim lainnya di London, seperti Sandeep Singh dan Sharan Kaur, setuju akan hal itu.
Bagaimanapun, mendebat pemecahan kepolisian seperti itu, mereka mengatakan mereka adalah orang India tapi juga warga Inggris.
“Tidak peduli apa agamamu atau warna kulitmu, kita harus waspada akan isu-isu yang dihadapi masyarakat,” ujar Sharan Kaur.
“Meski mungkin bersifat kebudayaan atau bahkan relijius, petugas polisi memerlukan diplomasi itu untuk menangani klien manapun dan kejahatan apa pun,” tambahnya. (rin/exp/bbc)
Kini warga Muslim London yang menjadi korban kejahatan memiliki hak agar kasusnya diperiksa oleh polisi sesama Muslim.
Kepolisian London telah memberikan hak tersebut kepada warga Muslim yang menginginkan polisi Muslim dilibatkan dalam penyelidikan. Hal yang sama juga diterapkan terhadap agama lainnya...
Kepala polisi, Joanna Young, dari Unit Kebijakan Keadilan Kriminal kepolisian Metro, mengatakan, “Jika (kebijakan) ini berhasil, saya akan mendorong asosiasi polisi lainnya di seluruh Inggris untuk melakukan hal yang sama.”
Proyek ini dimaksudkan untuk membantu penyelidikan dalam kasus-kasus yang berhubungan dengan norma-norma beragama, namun ketua Federasi Kepolisian Metropolitan, Peter Smyth nampaknya menolak kebijakan tersebut.
“Kami sudah kekurangan personel. Apakah polisi Muslim harus mengubah jadwal shiftnya agar selalu ada perwakilan dari mereka yang bertugas?”
“Ini pembenaran politik yang tidak masuk akal. Kita berbicara tentang pembentukan unit terpisah dalam suatu unit.”
Palbinder Singh, ketua Asosiasi Polisi Sikh Metropolitan, mengatakan, “Saya tidak yakin seorang polisi kulit putih akan benar-benar mengenal seorang Sikh, atau sebaliknya.”
Pelayanan baru dari kepolisian Metro ini bertujuan untuk menggunakan pengetahuan khusus yang dimiliki polisi Muslim terhadap kebudayaan Islam dalam menyelesaikan berbagai kasus.
Seorang petugas kepolisian mengatakan kepada BBC Asian Network bahwa kejahatan di dalam komunitas seringkali tak terpecahkan dan tidak dilaporkan karena kurangnya pemahaman budaya oleh polisi kulit putih.
Palbinder Singh mengatakan, “Ini tentang memahami dan menghargai perbedaan.”
“Kami memiliki banyak bukti dalam kejahatan paling serius di mana kebudayaan menjadi persoalan utamanya yang tidak diselidiki dengan seksama.”
Menurut program ini, korban Muslim tidak boleh mencegah polisi kulit putih menangani kasus mereka. Namun, mereka dibolehkan meminta seorang polisi Muslim dilibatkan dalam kasus dan, jika diperlukan, menjadi penghubung mereka dengan kepolisian.
Sebuah website juga telah dibuat yang memungkinkan kejahatan dilaporkan secara online.
Polisi berharap website itu akan menjadi corong bagi kaum wanita yang mengalami pernikahan paksa, kekerasan, atau pengekangan kebebasan.
Joanna Young mengatakan, “Kami ingin lebih banyak korban yang merasa percaya diri bahwa ketika melaporkan kasusnya, kebutuhan mereka akan terpenuhi.”
“Saya rasa ini awal yang bagus dan yang perlu kita lakukan adalah mengevaluasinya. Apakah proyek ini menciptakan perbedaan? Dapatkah kita melanjutkannya?”
“Kemudian jika ini terbukti berhasil, maka kepolisian lain akan saya dorong untuk melakukan hal yang sama,” ujarnya.
Jagdeesh Singh, yang saudara perempuannya Surjit Athwal dibunuh dalam pembunuhan bermotif kehormatan, mendukung rencana ini.
Di tahun 2007, suami dan ibu mertua Athwal divonis bersalah atas pembunuhannya, hampir 10 tahun setelah ia menghilang dari rumah.
Ia mengatakan kasus tersebut memaparkan banyak kesenjangan.
“Mereka tidak paham tentang metode menutupi perbuatan semacam itu dalam komunitas Punjabi (komunitas India).”
“Investigasi baru menghasilkan sesuatu ketika seorang polisi Sikh dilibatkan dalam kasus ini.”
“Sebelum itu, selama bertahun-tahun para petugas yang bekerja keras memecahkan kasus ini kesulitan memahami keseluruhan ide tentang pembunuhan atas dasar kehormatan,” ujar Singh.
Meski demikian, Sing mengakui perlu adanya lebih banyak kesadaran mengenai kejahatan budaya di antara para polisi.
“Para petugas harus lebih waspada akan keragaman budaya agama yang mereka hadapi dan itu juga termasuk untuk polisi Muslim,” ujarnya. “Mereka harus dapat membaca tanda-tanda budaya dalam sebuah kejahatan.”
Warga Muslim lainnya di London, seperti Sandeep Singh dan Sharan Kaur, setuju akan hal itu.
Bagaimanapun, mendebat pemecahan kepolisian seperti itu, mereka mengatakan mereka adalah orang India tapi juga warga Inggris.
“Tidak peduli apa agamamu atau warna kulitmu, kita harus waspada akan isu-isu yang dihadapi masyarakat,” ujar Sharan Kaur.
“Meski mungkin bersifat kebudayaan atau bahkan relijius, petugas polisi memerlukan diplomasi itu untuk menangani klien manapun dan kejahatan apa pun,” tambahnya. (rin/exp/bbc)
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan beri komentar anda : ...